Friday, May 22, 2015

Di Petik dari Sumber

Kehadiran Kapal Perang Turki di Perairan Aceh, Membuat Pemerintah Indonesia Tercengang

statusaceh.com - Di saat Tentara Nasional Indonesia (TNI) diperintahkan untuk menghadang kapal-kapal pengungsi umat Islam Rohingya agar tidak masuk ke wilayah Indonesia, Turki malah sebaliknya.

Angkatan Laut Tentara Nasional Turki diperintahkan oleh Panglima, Perdana Menteri, dan Presidennya untuk membantu melindungi, mengarahkan, memberi bantuan makanan dan bahan bakar agar tiba dengan selamat di Turki kemudian diberikan tempat tinggal yang layak bagi mereka.

Seperti diberitakan media Turki Hurriyet Daily News (19/5/2015), Angkatan Laut Turki sedang melakukan upaya untuk mencapai kapal Muslim Rohingya yang terdampar di lepas pantai Thailand dan Malaysia, ujar Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu.

Pada pertemuan dengan sekelompok anak muda di Istana Negara, 19 Mei, PM Davutoglu mengatakan bahwa Turki telah melakukan yang terbaik untuk membantu Muslim Rohingya bekerjasama dengan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), dengan bantuan kapal dari Angkatan Bersenjata Turki yang sudah berlayar menuju lokasi.

Beberapa dari 7.000-8.000 pengungsi Rohingya dan Bangladesh saat ini diduga berada di Selat Malaka, mereka tidak dapat turun karena tindakan keras pada jaringan perdagangan di Thailand dan Malaysia, tujuan utama mereka.

Kapal yang membawa sekitar 500 Muslim Rohingya Myanmar terdampar di barat Indonesia pada 10 Mei, dengan beberapa orang yang membutuhkan perhatian medis, seorang pejabat migrasi dan advokat hak asasi manusia mengatakan.Para pria, wanita dan anak-anak tiba di dua kapal terpisah, dengan jumlah 430 orang dan 70 orang, kata Steve Hamilton, wakil kepala misi di IOM di Jakarta, ibukota Indonesia.

Muslim Rohingya telah menderita selama beberapa dekade akibat diskriminasi negara di Myanmar.

Serangan terhadap minoritas Muslim Rohingya oleh massa Buddha dalam tiga tahun terakhir telah memicu salah satu eksodus terbesar manusia perahu sejak Perang Vietnam, dengan 100.000 orang melarikan diri, menurut Chris Lewa, Direktur Proyek Arakan. Proyek ini telah memantau pergerakan Rohingya untuk lebih dari satu dekade. Demikian tulis Hurriyet Daily News.

Sekali lagi dunia (termasuk TNI dan pemerintah Indonesia) dibuat tercengang dengan tindakan 'aneh' Turki ini. Mereka (Turki) berada jauh diantara benua Eropa, tapi mereka sengat dekat dan sigap dengan saudara-saudara Muslim


Arab Saudi Siap Tampung 170 Ribu Warga Rohingya


Statusaceh.com  Pemimpin komunitas Muslim Rohingya 
di Arab Saudi Abu Al-Shamie Abdulmajid  mengatakan Insyaa Allah, mimpi 
mereka jadi kenyataan untuk bisa menjadi warga yang sah di Arab Saudi. 

Menurutnya, hal itu berkat langkah kerajaan Arab Saudi yang mengakui 
keberadaan warga Rohingya di negara itu.

Diberitakan Saudi Gazette, Kerajaan Arab Saudi telah memberikan izin tinggal 
(iqama) kepada 170 ribu pengungsi Muslim Rohingya di negara tersebut. 
Sementara jutaan penduduk Rohingya lainnya tengah menjalani proses 
penerimaan iqama.

Media lain, Arab News memberitakan, masih ada sekitar 4 juta warga Rohingya
 di Saudi kini berhak untuk mendapatkan iqama.

Abdulmajid bahkan mengatakan warga Rohingya telah lebih dari 70 tahun lalu 
menjadi bagian dari Arab Saudi, setelah kabur dari pembantaian etnis di Myanmar.

PBB menyebutkan, Muslim Rohingya adalah suku paling teraniaya di dunia.
 Myanmar tidak mengakui mereka sebagai warga negara, sementara penganut 
Buddha memusuhi mereka kendati mereka telah tinggal beberapa generasi di negeri itu.

Dengan iqama ini, kata Abdulmajid, berbagai permasalahan yang menimpa
 warga Muslim Rohingya di Saudi akan sirna.

Bahkan kini, warga Rohingya bisa bebas bekerja, mendapatkan layanan medis
 dan menempuh pendidikan di sekolah pemerintah serta hak-hak warga negara lainnya.

“Kami sekarang bisa bergerak bebas dan bergabung dengan sistem pendidikan umum, 
tidak lagi belajar di sekolah sumbangan swasta,” kata Abdulmajid .

Sejak tahun 1968 pemerintah Saudi mendukung kaum Rohingya, ditandai dengan 
penerimaan imigran pertama dari Myanmar oleh Raja Abdul Aziz. Izin tinggal tetap 
dikeluarkan untuk Rohingya di Saudi tahun 1980 pada pemerintahan Raja Saud.

Saudi memasukkan warga Rohingya sebagai pendatang yang dilindungi. 
Artinya mereka kebal beberapa hukum dari peraturan kependudukan 
dan tidak ada yang boleh menyakitinya.

Mayoritas warga Rohingya tinggal di Makkah, kebanyakan bekerja di sektor
 konstruksi atau mengajarkan hafalan al-Qur'an.

Abdulmajid, seperti warga Rohingya lainnya, sudah mengubur harapan untuk 
kembali ke tanah kelahiran mereka di Myanmar. Menurut dia, impiannya 
untuk pulang sirna karena penganiayaan terhadap mereka masih terjadi di negara itu.

“Mimpi kembali ke Myanmar telah sirna dari hati komunitas Rohingya karena
 ketiadaan paspor, terutama karena duta besar Pakistan dan Bangladesh 
menolak memberikannya. Ketakutan akan pengadilan dan penyiksaan terhadap 
Muslim juga membuat mimpi ini mustahil diwujudkan saat ini,” kata Majid. 

Sumber :[islamedia]

No comments: